Faktor-faktor yang mempengaruhi pengomposan

Keranjang Takakura, Teknologi Pengomposan
Bahan organik baik berupa sampah ataupun bukan, akan mengalami proses dekomposisi secara alami atau dibantu oleh manusia. Proses dekomposisi atau penguraian yang dibantu oleh manusia ini dinamakan pengomposan. Proses pengomposan adalah proses dekomposisi yang dilakukan oleh mikro organisme terhadap bahan organi yang biodegradable atau dapat terurai. Tujuan dari pengomposan adalah untuk mengubah bahan organik yang biodegradable menjadi bahan yang secara biologi bersifat stabil, dengan demikian dapat mengurangi volume ataupun massanya.

Adapun yang menjadi faktor-faktor dalam proses pengomposan adalah sebagai beirkut:
  • Bahan yang dikomposkan. Sebaiknya dipisah pengomposan sampah daun dan kayu dengan sampah sisa makanan. Semakin banyak kandungan kayu atau bahan yang mengandung lignin, semakin sulit terurai.
  • Ukuran bahan yang dikomposkan. Kontak bakteri akan semakin baik jika ukuran sampah semakin kecil dan luas permukaannya besar. Diameter yang baik antara 25 - 75 mm. Namun apabila terlalu kecil, dikhawatirkan kondisi akan menjadi an aerob karena proses pemampatan. Untuk mengatasi hal ini adalah dengan pengadukan.
  • Kandungan karbon nitrogen dan fosfor. Sumber karbon (C) banyak dari jerami, sampah kota atau sampah rumah tangga, daun-daunan. Sumber Nitrogen (N) dari protein, misalnya kotoran hewan. Perbandingan C/N yang baik dalam bahan yang dikomposkan adalah 25 - 30 (berat kering) sedangkan C/N akhir proses adalah 12 - 15. Seperti halnya nitrogen, fosfor merupakan nutrisi untuk pertumbuhan mikro organisme. Nilai C/P untuk stabilisasi optimum adlaah 100 : 1. Nilai C/N untuk beberapa bahan antara lain kayu (200 - 400), jerami padi (50 - 70), kertas (50) Kotoran Ternak (10 - 20), sampah kota/rumah tangga (30).
  • Mikro organisme. Ada pendapat ahli yang menyatakan penambahan EM4 tidak terlalu dibutuhkan. Mikro organisme yang dibutuhkan sudah berlimpah pada sampah kota/ rumah tangga. Cara efektif antara lain adalah mengembalikan lindi dan sebagian kompos yang telah berhasil pada timbunan kompos yang baru, sebab pada bahan itulah berkumpul mikro organisme dan enzim yang dibutuhkan.
  • Temperatur. Temperatur yang terbaik dalam pengomposan adalah 50oC - 55oC. Suhu rendah akan menyebabkan pengomposan akan lama, sementara suhu tinggi (60oC - 70oC) menyebabkan pecahnya telaur insek dan materi bakteri-bakteri patogen.
  • Kadar air. Kadar air sangat penting dalam proses aerobik. Kadar air sampah sangat dipengaruhi oleh komposisi sampahnya. Pembalikan diperlukan untuk menjaga kelembaban selam proses pengomposan. Kadar air yang optimum sebaiknya pada rentang 50 - 65%.
  • Tingkat keasaman (pH). pH sangat penting. Bila pH terlalu rendah perlu ditambah kapur atau abu. Awal pengomposan pH antara 5 - 7, dan beberapa hari akan turun  dan mencapai nilai 5 atau kurang akibar tebentuknya asam organik dari aktivitas mikroorganime dan temperatur akan naik cepat. Setelah 3 hari kemudian pH akan mengalami kenaikan menjadi 8 - 8,5 dan akhirnya stabil pada pH 7 - 8. Bila aerasi tidak cukup maka akan terjadi kondisi anaerob, pH dapat turun hingga 4,5.

Posting Komentar

0 Komentar